BUDIDAYA TANAMAN SEHAT KOMODITAS UNGGULAN DI SEMBALUN BUMBUNG
DOI:
10.29303/wicara.v2i6.5597Diterbitkan:
2024-11-29Terbitan:
Vol 2 No 6 (2024): Jurnal Wicara DesaKata Kunci:
Praktik Pertanian yang Baik, Petani, Pertanian, Pestisida Kimia, Pupuk Kimia, Kelestarian LingkunganArticles
Unduhan
Cara Mengutip
Abstrak
Kekhawatiran yang semakin meningkat dari konsumen terhadap keamanan produk pangan konvensional yang dihasilkan melalui penggunaan pupuk kimia dan pestisida sintetis dalam pertanian. Penggunaan bahan kimia yang semakin tidak terkendali menyebabkan pencemaran lingkungan, seperti tanah dan air, serta meningkatkan residu kimia dalam produk pangan. Selain itu, hama dan penyakit tanaman menjadi semakin tahan terhadap pestisida, memaksa petani untuk menggunakan lebih banyak bahan kimia, yang meningkatkan akumulasi residu berbahaya dalam pangan. Hal ini terjadi karena banyak petani belum memahami praktik pertanian yang baik, seperti yang diatur dalam Good Agricultural Practices (GAP). GAP adalah sistem sertifikasi yang diterapkan untuk memastikan proses produksi pertanian menggunakan teknologi maju yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, sehingga produk yang dihasilkan aman dikonsumsi, kesejahteraan pekerja terjamin, dan usaha tani memberikan keuntungan ekonomi. Namun, penerapan GAP di lapangan masih rendah karena biaya yang tinggi, prosedur yang rumit, dan kondisi sosial ekonomi petani yang terbatas. GAP juga penting untuk memulihkan tanah pertanian yang rusak akibat penggunaan bahan kimia. Pengembangan GAP untuk pertanian berkelanjutan dapat dilakukan melalui strategi SWOT, yang melibatkan peningkatan pelatihan dan demonstrasi untuk petani, pengajuan permohonan kepada Badan Ketahanan Pangan (BKP) untuk meningkatkan sarana penyuluhan, peningkatan pengetahuan dan keterampilan terkait GAP, serta peningkatan interaksi dengan perguruan tinggi dan lembaga penelitian.Referensi
Kastono, D., 2007. Aplikasi Model Rekayasa Lahan Terpadu Guna Meningkatkan Peningkatan Produksi Hortikultura Secara Berkelanjutan Di Lahan Pasir Pantai. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian. Volume 3, Nomor 2, Desember 2007. 112-123.
Charina, Anne, Rani Andriani Budi Kusumo, Agriani Hermita Sadeli, dan Yosini Deliana. Faktor Yang Mempengaruhi Petani dalam Menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Sistem Pertanian Organik di Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Penyuluhan 14 (1): 68-78.
W. Nahraeni, S. Masitoh, A. Rahayu, and L. Awaliah. 2020. PENERAPAN GOOD AGRICULTURAL PRACTICES (GAP) JERUK PAMELO (Citrus maxima (Burm.) Merr.),” J. Agribisains, vol. 6, no. 1, pp. 50–59, doi: 10.30997/jagi.v6i1.2804.
Balitkabi Litbang. Good Agricultural Practices sebagai Perangkat Lunak Pertanian Modern. https://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/berita/good- agricultural- practices-sebagai-perangkat-lunak-pertanian-modern/. Diakses pada tanggal 24 November 2021 pukul 20.43 WIB.
Marliati, Sumardjo, Asngari P, Tjitropranoto P, Saefuddin A. 2008. Faktor- Faktor Penentu Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian dalam Memberdayakan Petani. (Kasus di Kabupaten Kampar Provinsi Riau). Jurnal Penyuluhan. 4(2): 92-99. http://doi.org/cbnv.
Shofi AS, Agustina T, Subekti DS. 2019. Penerapan Good Agriculture Practices (GAP) Pada Usahatani Padi Merah Organik Application of Good Agriculture Practices (GAP) in Organic Brown Rice Farming. JSEP Vol 12 No 1 Maret 2019.
Siregar AN, Saridewi TR. 2010. Hubungan Antara Motivasi dan Budaya Kerja dengan Kinerja Penyuluhan Pertanian di Kabupaten Subang. ProvinsiJawa Barat. Jurnal Penyuluhan Pertanian. 5(1): 24-35.