Peningkatan Visual Branding Capability melalui Pendampingan Technopreneurship pada Kelompok Pengrajin Tenun Samarinda menuju Eduwisata Berkelanjutan
Improving Visual Branding Capabilities of the Samarinda's Artisans Weaving Group through Technopreneurship Assistance Program for Sustainable Edu-Tourism
DOI:
https://doi.org/10.29303/y9vz8052Kata Kunci:
Eduwisata, Perajin Tenun, Tehnopreneurship, Visual Branding CapabilityAbstrak
Pemilik usaha perlu untuk mengembangkan identitas baik produk maupun usaha yang mencerminkan citra merek dengan menciptakan jenama visual (visual branding) yang tepat agar merek lebih dikenal dan dipercaya konsumen serta memiliki perbedaan dari merek pesaing. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi pada kelompok perajin tenun Samarinda, maka diperlukan pendampingan yang fokus pada peningkatan kemampuan visual branding. Pendampingan diadakan dengan program yang terarah berbasis technopreneurship agar dapat meningkatkan kemampuan perajin tenun Samarinda dalam membangun visual branding berbasis teknologi. Kegiatan pendampingan dilengkapi dengan beberapa instrumen pendukung untuk menunjang kegiatan. Tahapan pelaksanaan serangkaian kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dilakuakan dengan tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang dilakukan pada perajin tenun samarinda telah menghasilkan output yang sesuai dengan tujuan kegiatan. Pada tahap pertama dimulai dengan melakukan pengumpulan data awal, sehingga dapat diketahui bahwa penggunaan teknologi dalam pelaksanaan usaha masih belum maksimal. Tahap kedua yaitu pelaksanaan PkM dimulai dengan kegiatan analisis permasalahan dalam bidang manajemen pada kelompok perajin tenun Samarinda. Selama kegiatan berlangsung, peserta didampingi oleh tim lapangan untuk membuat analisis SWOT yang bertujuan untuk mengetahui posisi usaha. Kegiatan selanjutnya fokus pada permasalahan pemasaran yang dihadapi oleh kelompok perajin tenun Samarinda. Dari hasil evaluasi dapat diketahui bahwa peserta dapat merasakan manfaat dari rangkaian kegiatan yang dilakukan. Sebanyak 86% telah mampu membuat analisis strategi usaha melalui analisis SWOT. Media sosial yang dimiliki juga telah memiliki unggahan baru setelah kegiatan pelatihan berlangsung, sehingga keberlanjutan program juga telah berjalan dengan baik.