Perjalanan Udara pada Pasien Penyakit Paru ObstruktifF Kronik

Authors

  • widiasari Komang Sri Rahayu Widiasari Mataram University
  • Muhammad Mirsa Nidzarsyah Mataram University
  • Mc. Syaiful Ghazi Yamani Mataram University

DOI:

https://doi.org/10.29303/lmj.v3i3.4624

Keywords:

Perjalanan Udara, Penerbangan, PPOK, Hypoxic Challenge Testing

Abstract

ABSTRAK   Melalui perkembangan tatalaksana yang memadai bagi pasien PPOK seperti rehabilitasi, terapi oksigen jangka panjang, dukungan oksigen rawat jalan, dan ventilasi non-invasif membantu pasien menjadi lebih aktif secara fisik dan bergerak. Alih-alih hanya berdiam diri di rumah, sebagian besar pasien PPOK biasanya tetap melanjutkan kehidupan sehari-hari, seperti pergi keluar, berolahraga, dan tentu saja bepergian. Dalam beberapa tahun terakhir, perjalanan udara menjadi moda transportasi pilihan pertama karena cepat, praktis, dan semakin murah. Menurut data Bank Dunia, 3,696 miliar orang menggunakan perjalanan udara komersial di seluruh dunia pada tahun 2016. Sekitar 2 miliar penumpang pesawat udara melakukan perjalanan udara setiap tahunnya dan 18-44% nya merupakan pasien PPOK. Sementara itu, efek dari peningkatan ketinggian dapat mengakibatkan hipoksia. Individu yang sehat merespons hipoksia dengan meningkatkan ventilasi, menyeimbangkan perubahan hipobarik tanpa gejala apa pun. Ventilasi dapat ditingkatkan dengan meningkatkan volume tidal dan/atau meningkatkan laju pernapasan. Namun, meningkatkan volume tidal untuk mereka yang menderita PPOK, merupakan tugas yang sulit karena mereka sering mengalami hiperinflasi. Ketinggian dan perjalanan udara bagi pasien PPOK dapat memicu munculnya gejala klinis yang mengganggu selama perjalanan terutama bagi penderita PPOK sedang hingga berat. Metode/tes yang paling umum digunakan untuk evaluasi sebelum penerbangan yaitu saturasi oksigen dengan pulse oximetry, analisis gas darah arteri (AGD),  tes fungsi paru (spirometri),  tes jalan 6 menit (6 minutes walking test) dan  Hypoxic Challenge Testing (HCT). Pengukuran saturasi oksigen merupakan test yang paling mudah dilakukan dan dapat menjadi acuan awal. Menurut literatur jika saturasi oksigen pada penderita PPOK berada di bawah 92% maka harus diresepkan terapi oksigen tambahan. Selain menggunakan pulse oximetry, tes lanjutan yang dapat digunakan untuk menilai kelaikan terbang pada pasien PPOK adalah Hypoxic Challenge Testing. HCT adalah tes yang menjadi tolak ukur dan direkomendasikan oleh British Thoracic Society (dengan hasil HCT PaO2 ≥ 50mmHg atau SpO2 ≥ 85%, oksigen dalam penerbangan tidak diperlukan; PaO2 < 50mmHg atau SpO2 < 85%, oksigen direkomendasikan; dan jika diperlukan titrasi oksigen untuk mempertahankan PaO2 ≥ 50mmHg atau SpO2 ≥85% pada dewasa dan SpO2 90% untuk anak usia 1 tahun keatas)   Kata Kunci : Perjalanan Udara, Penerbangan, PPOK, Hypoxic Challenge Testing

Author Biographies

Muhammad Mirsa Nidzarsyah, Mataram University

Program Pendidikan Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi

Mc. Syaiful Ghazi Yamani, Mataram University

Program Pendidikan Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi

Downloads

Published

2024-09-30