Prevalensi dan Gambaran Kualitas Hidup Pasien Kusta di Kota Mataram

Penulis

  • Putu Suwita Sari Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
  • Eva Triani Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
  • Rika Hastuti Setyorini Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
  • Dini Suryani Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
  • Rizka Vidya Lestari Bagian Histologi, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

DOI:

https://doi.org/10.29303/jk.v11i2.4696

Kata Kunci:

kusta, kualitas hidup, WHOQoL-BREF

Abstrak

Latar belakang: Kusta merupakan penyakit infeksi menular kronis yang memiliki dampak yang kompleks, tidak hanya dari segi medis tetapi juga menyebabkan masalah sosial, ekonomi, dan budaya. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae ini menyerang saraf tepi dan dapat menyebabkan deformitas atau kecacatan permanen. Meskipun mengalami penurunan setiap tahunnya, Indonesia masih berada pada urutan ketiga penderita kusta tertinggi di dunia. Saat ini belum ada penelitian mengenai kualitas hidup penderita kusta terutama di Kota Mataram.Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang untuk mengetahui prevalensi dan gambaran kualitas hidup pasien kusta pada periode 2019-2020. Data pasien kusta diperoleh dari seluruh puskesmas di Kota Mataram. Kualitas hidup dinilai menggunakan kuesioner WHO (WHOQoL-BREF)Hasil: Selama periode 2019-2020 tercatatat 25 pasien penderita kusta di wilayah Kota Mataram atau setara dengan prevalensi 0,0000504 atau 0,5 kasus per 10.000 penduduk. Sebanyak 20 responden berhasil diwawancarai, dengan hasil rerata kualitas hidup domain kesehatan fisik sebesar 57,32; psikologi 59,79; hubungan sosial 59,58; dan lingkungan 57,81. Berdasarkan kategori kualitas hidup, sebanyak 11 responden (55%) termasuk ke dalam kelompok skor rendah pada domain kesehatan fisik dan psikologis dan 13 responden (65%) termasuk kelompok rendah pada domain hubungan sosial dan lingkunganKesimpulan: Prevalensi kusta di Kota Mataram mencapai 0,5 kasus per 10.000 penduduk, lebih rendah dari prevalensi nasional tahun 2017. Sebagian pasien memiliki kualitas hidup yang tergolong rendah terutama pada domain kesehatan fisik dan psikologi serta hubungan sosial dan lingkungan. Manajemen pasien kusta perlu memperhatikan tatalaksana pasca pengobatan terutama terkait kecacatan kusta.

Diterbitkan

2022-06-30