PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI OBAT DUTASTERIDE DAN TAMSULOSIN TERHADAP KADAR PSA (PROSTATE SPECIFIC ANTIGEN) PADA PASIEN BPH (BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA) DI RSUD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Penulis

  • Safira Salsabila Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
  • Akhada Maulana Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
  • Pandu Ishaq Nandana Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
  • Anak Agung Ayu Niti Wedayani Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

DOI:

https://doi.org/10.29303/jk.v9i1.4301

Kata Kunci:

BPH, PSA, Dutasteride, Tamsulosin

Abstrak

Latar belakang: Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan tumor jinak yang biasa dijumpai pada 1 dari 3 pria yang berusia lebih dari 50 tahun. BPH memiliki gambaran histologi berupa peningkatan jumlah sel stromal dan sel epitel glandular di zona transisional. Pembesaran prostat ini terjadi salah satunya karena perubahan hormon seks. Pada BPH, terjadi perubahan yang berlebihan oleh enzim 5 alfa reduktase terhadap hormon testosteron menjadi hormon dihidrotestosteron. Sedangkan Prostate Specific Antigen (PSA) adalah protein yang dihasilkan oleh kelenjar prostat yang bersifat organ spesifik dan diperiksa pada semua pasien BPH untuk mengetahui perjalanan penyakit BPH. Penggunaan obat dutasteride pada BPH dapat menghambat perubahan testosteron menjadi dihidrotestosteron serta dapat menekan pertumbuhan prostat karena obat ini termasuk dalam golongan inhibitor 5 alfa reduktase. Tamsulosin termasuk dalam golongan obat antagonis reseptor alfa 1 yang dapat merelaksasikan tonus otot polos kelenjar prostat dan leher buli-buli. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui pengaruh pemberian kombinasi obat dutasteride dan tamsulosin terhadap kadar PSA pada pasien BPH di RSUD Provinsi NTB. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimental dan metode pengambilan data dengan pengukuran berulang (pre test – post test field trial). Pengambilan data dilakukan di Instalasi Rawat Jalan Poliklinik Bedah Urologi dan Instalasi Rekam Medis RSUD Provinsi NTB pada periode waktu Oktober 2019 sampai dengan Desember 2019. Hasil: Dari 32 responden yang dilakukan pemeriksaan PSA awal dan akhir didapatkan rata-rata kadar PSA awal terbanyak pada kelompok <4 ng/ml dan rata-rata kadar PSA akhir terbanyak pada kelompok <4 ng/ml. Rata-rata responden berasal dari kelompok usia 61-69 tahun. Berdasarkan uji hipotesis menggunakan uji paired sample T test diperoleh nilai p = 0,035 (p < 0,05) menunjukkan terdapat perubahan kadar PSA pada pasien BPH yang sudah diberi kombinasi obat dutasteride dan tamsulosin. Kesimpulan: Terdapat perubahan kadar PSA pada pasien BPH yang sudah diberi terapi menggunakan kombinasi obat dutasteride dan tamsulosin di RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Diterbitkan

2020-03-31