PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP NILAI AMBANG DENGAR PADA PEKERJA DI PT. X DAN PT. Y PALU

  • Zalsabilla Intan Putri PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
  • Christin Rony Nayoan PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

Abstrak

Latar belakang:kebisingan adalah suatu gangguan lingkungan yang diartikan sebagai suara yang mengganggu di suatu tempat atau waktu yang tidak sesuai. Paparan kebisingan yang tinggi di tempat kerja dapat mengakibatkan timbulnya beberapa gangguan yaitu gangguan pendengaran seperti ketulian. Pada tahun 2014 gangguan pendengaran akibat bising di Indonesia termasuk yang tertinggi di Asia Tenggara yaitu sekitar 36 juta orang atau 16,8% dari total populasi. Diperkirakan 18.000 orang menderita Noise Induced Hearing Lost (NIHL) yang akibat pekerjaan. Metode :Jenis penelitian observasional analitik dengan metode cross sectional. Sampel pada penelitian berjumlah 30 yang berasal dari 2 perusahaan yang berbeda. Dilakukannya pengukurkan intensitas kebisingan di kedua tempat kerja menggunakan sound level meter dan dilakukan pengukuran nilai ambang dengar pekerja menggunakan audiometer. Hasil:Hasil penelitian ini pada kedua tempat penelitian, intensitas kebisingan yang melebihi ambang batas yang diperbolehkan oleh kepmenaker 2011, yaitu >85 dB. Hasil analisis intensitas kebisingan dan nilai ambang dengar pada telinga kanan menunjukan koefisienkorelasi 0,062 arah positif (+) dan p-value 0,746. Sedangkan Hasil analisis data intensitas kebisingan dan nilai ambang dengar pada telinga kiri menunjukan koefisien korelasi -0,034 arah negatif (-) dan p-value 0,856. Kesimpulan: pada penelitian ini didapatkan nilai ambang dengar >85 dB, serta hubungan antara kedua variabel yaitu intensitas kebisingan dan nilai ambang dnegar yang tidak memiliki hubungan yang signifikan.
Diterbitkan
2023-03-31