Main Article Content

Wahyu Hidayat Yusuf

Abstract

Stunting patut mendapat perhatian lebih karena dapat berdampak  pada tumbuh kembang anak, terutama risiko gangguan perkembangan fisik dan kognitif apabila tidak segera ditangani dengan baik. Tulisan ini dibuat dengan melakukan tinjauan pustaka dari berbagai sumber khususnya menggunakan data sekunder dari beberapa search engine. Berdasarkan hasil identifikasi dan telaah beberapa sumber, dapat disimpulkan bahwa berbagai faktor risiko terjadinya stunting di NTB dapat berasal dari faktor ibu, anak, maupun lingkungan. Faktor ibu meliputi usia ibu saat hamil, , pemberian ASI ataupun MPASI, inisiasi menyusui dini dan kualitas makanan; faktor anak dapat berupa riwayat berat badan lahir rendah (BBLR) ataupun prematur, adanya riwayat penyakit neonatal, riwayat diare yang sering dan berulang, riwayat penyakit menular, dan anak tidak mendapat imunisasi; adapun faktor  lingkungan dengan status sosial ekonomi yang rendah, pendidikan keluarga terutama ibu yang kurang, pendapatan keluarga yang kurang, kebiasaan buang air besar di tempat terbuka seperti sungai atau kebun ataupun jamban yang tidak memadai,  dan air minum yang tidak diolah.  Diharapkan tulisan ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan terhadap populasi terkait, khususnya anak-anak di  Nusa Tenggara Barat, Indonesia.

Article Details

How to Cite
Yusuf, W. H. (2022). FAKTOR RESIKO STUNTING DI NUSA TENGGARA BARAT (NTB), INDONESIA. Religion, Culture, and State Journal, 2(1), 34-45. Retrieved from https://journal.unram.ac.id/index.php/rcs/article/view/693
References
Aryastami et al. (2017). Low birth weight was the most dominant predictor associated with stunting among children aged 12–23 months. Indonesia BMC Nutrition (2017) 3:16. DOI 10.1186/s40795-017-0130-x

Asmawati, et al (2021).Cegah stunting dan gizi buruk pada balita dengan edukasi gizi bagi tumbuh kembang anak di desa Banyumulek, kabupaten Lombok Barat. Jurnal Agro Dedikasi Masyarakat, 2(2), 7-12.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018).Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar 2018.

Budiastutik, I, Rahfiludin, M,Z. (2019). Risk Factors of Child Stunting in Developing Countries. Amerta Nutr,1, 122-126. doi: 10.20473/amnt.v3.i3.2019. 122-129


George, C. M., Oldja, L., Perin, J., Sack, R. B., Biswas, S., Ahmed, S., Faruque, A. G. (2016). Unsafe Child Feces Disposal is Associated with Environmental Enteropathy and Impaired Growth. Journal of Pediatrics. https://doi.org/10.1016/j.jpeds.2016.05.035

Irwansyah I, Ismail D, Hakimi M. (2016).Teenage pregnancy and the incidence of stunting in children aged 6-23 months in West Lombok. Berita Kedokteran Masyarakat, 32 (6), 1-8.


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2018). Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). (2020). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.


K. Litbang, “Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) | Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan (2018). H t t p s : / / Www.Litbang.Kemkes.Go.Id/LaporanRiset-Kesehatan-Dasar-Riskesdas/.
Liem, S., Marta, R,F., Panggabean ,H. ( 2019). Sanitation Behavior and Risk of Stunting: Understanding the Discourse of a Public Service Announcement. Journal The Messenger, 11 (2),168-181, DOI: 10.26623/themessenger.v11i2.1317.


Maehara, M., Rah J.H., Roshita A (2019). Patterns and risk factors of double burden of malnutrition among adolescent girls and boys in Indonesia. PLoS ONE 14(8): e0221273. https://doi. org/10.1371/journal.pone.0221273


Nirmalasari. N.O ( 2020). Stunting pada anak : penyebab dan risiko stunting di Indonesia. Journal for Gender Mainstreaming, 14 (1), 19-28.

Owino, V., Ahmed, T., Freemark ,M., Kelly, P. (2016). Environmental enteric dysfunction and growth failure/stunting in global child health. Pediatrics 138(6). http://doi. org/10.1542/peds.2016-0641.


Sajalia, H.,Dewi,Y., Murti, B. (2018). Life Course Epidemiology on the Determinants of Stunting in Children Under Five in East Lombok, West Nusa Tenggara. Journal of Maternal and Child Health, 3(4): 242-251. https://doi.org/10.26911/thejmch.2018.03.04.01.


Tim P2Ptm, “Cegah Stunting Dengan Perbaikan Pola Makan, Pola Asuh Dan Sanitasi,” Direktorat P2Ptm, 2018. Http://P2Ptm.Kemkes.Go.Id/KegiatanP2Ptm/Subdit-Penyakit-DiabetesMelitus-Dan-Gangguan-Metabolik/ Cegah-Stunting-Dengan-PerbaikanPola-Makan-Pola-Asuh-Dan-Sanitasi.

Torlesse, H., Cronin, A. A., Sebayang, S. K., & Nandy, R. (2016). Determinants of stunting in Indonesian children: Evidence from a cross-sectional survey indicate a prominent role for the water, sanitation and hygiene sector in stunting reduction. BMC Public Health, 16(1), 1–11. https://doi.org/10.1186/s12889-016-3339-8


Wahyudi, B.F., Sriyono, S., Indarwati, R. Analisis Faktor Yang Berkaitan Dengan Kasus Gizi Buruk Pada. Pediomaternal Nursing Journal, Vol. 3, No. 1, Art. No. 1, 2014, Doi: 10.20473/Pmnj.V3I1.11773.

World Health Organization. (2020). Childhood Stunting: Context, Causes and Consequences. Diakses dari: https://www.who.int/nutrition/healthygrowthproj/en/index1.html