Description And Level Of Degradation Of Sea Sea Based Ecosystems In The Coastal Area Of Uwedikan Village, East Luwuk District, Banggai District

Penulis

  • Oktavianingsi A. H. Yantu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo
  • Ramli Utina Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo
  • Ilyas Husain Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Gorontalo

DOI:

https://doi.org/10.29303/mediaakuakultur.v3i2.2574

Kata Kunci:

Degradasi, Ekosistem Lamun, Tutupan Lamun

Abstrak

Ekosistem lamun merupakan ekosistem yang sangat penting untuk mendukung keberlangsungan biota-biota yang bernaung di dalamnya. Ekosistem lamun dikenal sebagai salah satu teritori yang rentan terhadap kerusakan. Berbagai aktivitas manusia, seperti aktivitas perikanan maupun industri dapat memicu kerusakan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai deskripsi dan tingkat degradasi ekosistem padang lamun di Desa Uwedikan. Metode yang digunakan metode random sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-April 2022, di Desa Uwedikan, Kecamatan Luwuk Timur, Kabupaten Banggai.  Penelitian ini menggunakan metode random sampling. Lokasi yang dijadikan obyek penelitian adalah Tanjung Balean (0Ëš89'36''LS 123Ëš08'47''BT) dan Tambatan Kapal (0Ëš89'32''LS 123Ëš05'97''BT) di Uwedikan Desa, Kec. Luwuk Timur, Kab. Banggai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 5 jenis lamun yang ditemukan, yaitu Enhalus acoroides,Thalassia hemprichii, Cymodocea serullata, Cymodocea rotundata dan Halophila ovalis. Tutupan lamun rata-rata sebesar 40,60% pada Tanjung Balean dan 33,1% pada Tambatan Perahu. Hal ini termasuk dalam kategori sedang/kurang kaya. Penutupan lamun tertinggi oleh jenis Thalassia hemprichii dengan total individu 2.169 pada Tanjung Balean dan 1.453 pada Tambatan Perahu. Hubungan parameter perairan yaitu suhu, derajat keasaman (pH) dan kecerahan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekosistem lamun. Khususnya suhu dikedua lokasi, diperoleh nilai yang berbeda yaitu 29-30.5°C di Tanjung Balean dan 30-35.3°C di Tambatan Perahu. Kesimpulan pada penelitian ini adalah jenis lamun di lokasi Tanjung Balean dan Tambatan Perahu ditemukan Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea Serullata dan Halophila ovalis. Cymodocea rotundata dan Halophila ovalis tidak ditemukan di lokasi tambat, sedangkan Enhalus acoroides, Cymodocea Serullata dan Thalassia hemprichii ditemukan di kedua lokas

Referensi

Argadi, G. (2003). Struktur Komunitas Lamun di. Perairan Pagerungan Jawa Timur. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/24458

Dahuri, R. (2003). Keanekaragaman Hayati Laut; Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. ISBN 9789792202830

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber daya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius: Yogyakarta. http://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=495078

Fachrul, M. F. (2007). Metode Sampling Bioekologi. PT Bumi Aksara: Jakarta 208 Hal. ISBN 979-010-065-5

Feryatun. (2012). Kerapatan Distribusi Lamun (Seagrass) Berdasarkan Zona Kegiatan yang Berbeda di Perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Journal of Management of Aquatic Resources. Hal 1-7. https://doi.org/10.14710/marj.v1i1.255

Furkon, Nessa, N., Ambo-Rappe, R. (2020). Social-Ecological Drivers and Dynamics of Seagrass Gleaning Fisheries. Ambio, 49(7). https://doi.org/10.1007/s13280-019-01267-x

Fortes, M.D. (1990). Seagrass: A Resources unknown in the ASEAN region. United State Coastal Resources Management Project. Eduacation Series No. 646. http://dx.doi.org/10.15578/segara.v14i1.6630

Hermawan., Udhi, E. (2017). Status Padang Lamun Indonesia 2017. Jakarta (ID): Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI ISSN 2086-5309

Japesda Gorontalo. (2019). Profil Mangrove dan Terumbu Karang Kabupaten Banggai. Ideas Publishing. Gorontalo.

Larkum, A. W. D., Orth, R. J., & Duarte, C. M. (2006). Seagrasses Biology, Ecology and Conservation. Springer. Netherland. https://doi.org/10.1111/j.1439-0485.2006.00138.x

Poedjirahajoe. (2013). Tutupan Lamun dan Kondisi Ekosistemnya di Kawasan Pesisir Madasanger, Jelenga dan Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 5 (1):36-46. https://repository.ugm.ac.id/id/eprint/36032

Rifai, H., Patty, I., Simon. (2013). Struktur Komunitas Padang Lamun di Perairan Pulau Mantehage Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax. 1(4): 177 – 186. http://dx.doi.org/10.35799/jm.v11i2.38692

Riniatsih, I. (2016). Distribusi Jenis Lamun Dihubungkan dengan Sebaran Nutrien Perairan di Padang Lamun Teluk Awur Jepara. Jurnal Kelautan Tropis, 19, (2): 101–107. https://doi.org/10.14710/jkt.v19i2.824

Ruswahyuni. (2008). Relationship Between Abundance of Meiofauna in the Density Level of Different Sea Grass in Panjang Island Beach Jepara. Jurnal Saintek Perikanan, 4 (1), 35 – 41. https://doi.org/10.14710/ijfst.4.1.35-41

Supriharyono. (2007). Konservasi ekosistem sumberdaya hayati di wilayah pesisir dan laut tropis. Pustaka pelajar: Yogyakarta.

Tuwo, A. (2011). Pengelolaan Ekowisata pesisir dan Laut. Brilian Internasional: Sidoarjo. 412 Hal. ISBN 9789791670296

Waycott, M., McMahon K, J. (2004), A Guide to Tropical Seagrass of the Indo-West Pacific. Australia : James cook University. ISBN 9780864437266

Unduhan

Diterbitkan

2023-05-29

Cara Mengutip

Description And Level Of Degradation Of Sea Sea Based Ecosystems In The Coastal Area Of Uwedikan Village, East Luwuk District, Banggai District. (2023). Jurnal Media Akuakultur Indonesia, 3(2), 104-117. https://doi.org/10.29303/mediaakuakultur.v3i2.2574