PROFIL EFEK SAMPING PENGGUNAAN ANTIRETROVIRAL PADA PENDERITA HIV/AIDS DI POLIKLINIK VCT DI KOTA MATARAM TAHUN 2019
DOI:
https://doi.org/10.29303/jk.v9i4.4380Keywords:
infeksi HIV, ARV, atripla, duviral/neviral, efek samping, derajat 1Abstract
Di Indonesia, upaya penanganan infeksi HIV menerapkan pendekatan fast track 90-90-90, dengan satu indikatornya, yaitu pemberian ARV pada penderita HIV. ARV lini pertama yang digunakan di Indonesia saat ini yaitu tenofovir, lamivudine/emtricitabine, dan efavirenz dalam bentuk kombinasi dosis tetap (KDT). Namun, penggunaan ARV dapat menimbulkan efek samping dari reaksi ringan hingga berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek samping yang ditimbulkan ARV pada penderita HIV/AIDS di Poliklinik VCT di Kota Mataram tahun 2019. Penelitian ini merupakan studi deskriptif kuantitatif yang di lakukan di Poliklinik VCT di Kota Mataram. Subjek penelitian adalah pasien HIV di Poliklinik VCT di Kota Mataram yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data berupa data sekunder yang bersumber dari rekam medik pasien. Subjek penelitian berjumlah 27 orang. Efek samping terjadi pada 8 orang (29,6%). Kejadian efek samping terjadi pada 7 orang yang menggunakan atripla dengan kejadian paling banyak adalah lemas, pusing, muntah, SGOT dan SGPT meningkat. Sedangkan 1 orang pengguna duviral/neviral mengeluhkan mual, muntah, dan gatal. Efek samping yang muncul 100% derajat 1 dari toksisitas obat. Efek samping yang paling sering muncul yaitu muntah, lemas, pusing, SGOT dan SGPT meningkat Semua kejadian efek samping merupakan reaksi ringan (derajat 1) sehingga pemberian terapi tetap dilanjutkan dan tidak diperlukan pertimbangan pergantian terapi.Downloads
Published
2020-12-31
Issue
Section
Articles