Peranan Terapi Noninvasive Brain Stimulation rTMS (Repetitive Transmagnetic Stimulation) Pada Proses Pemulihan Pasien Stroke

Authors

  • Ni Nyoman Ayu Susilawati FK Unram
  • Herpan Syafii Harahap Departemen Neurologi, FK Universitas Mataram/ RSUD Patut Patuh Patju Lobar, Mataram, Indonesia
  • Amanda Tiksnadi Departemen Neurologi, FK Universitas Indonesia / RSUP Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia

DOI:

https://doi.org/10.29303/jk.v13i1.4126

Keywords:

stroke; defisit neurologi; sistem saraf pusat; repetitive transmagnetic stimulation

Abstract

Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai di masyarakat, penyebab disabilitas dan mortalitas kedua setelah penyakit jantung (Wang dkk, 2022). Berbagai defisit neurologis dapat dijumpai pada kejadian pasca stroke seperti kelemahan motorik, gangguan fungsi kognitif, gangguan fungsi berbahasa dan gangguan fungsi menelan Disabilitas yang terjadi disebabkan karena kerusakan sistem saraf pusat (SSP) terutama bagian korteks serebri yang sel neuronnya mengalami kematian/kerusakan. Hal  iniakan  mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan fungsi (atau elektrikal) di area sekitar lesi  maupun di area sekunder atau bahkan area homotopik kontralateral (berupa hipereksitasi atau hipoeksitasi Repetitive transmagnetic stimulation (rTMS) merupakan salah satu modalitas terapi stimulasi otak yang berkembang paling pesat sebagai terapi komplementer pemulihan fungsi pasca stroke karena keunggulannya mampu merubah keseimbangan atau memperbaiki keseimbangan fungsi otak yang berlebihan atau kekurangan dengan pemberian stimulasi langsung pada sel saraf di otak secara non-invasif dan lebih terfokus (terbatas) terhadap target area sesuai patofisologi yang terjadi seperti di daerah korteks motorik primer dan asosiasi, korteks prefronal, korteks dorsolateral prefrontal, girus frontal inferior, korteks mylohyoid dan bagian otak lainnya.  Beberapa studi metaanalisis stimulasi otak dengan rTMS pada pasien stroke menunjukan perbaikan signifikan terhadap fungsi motorik, kognitif, berbahasa dan menelan. Studi oleh Veldema dan  Gharabaghi (2022) menunjukan perbaikan fungsi motorik  dengan stimulasi bilateral rTMS, studi oleh Li dkk (2021) stimulasi LF-rTMS  di area DLPFC kontralateral memperbaiki fungsi visuospasial, memori dan atensi dan stimulasi DLPFC kiri dapat memperbaiki fungsi penamaan dan pengolahan kata-kata (Naeser dkk, 2020). Yang dkk (2021) menemukan terapi rTMS di korteks esofagus dan mylohyoid meningkatkan fungsi menelan.

Downloads

Published

2024-05-22