https://journal.unram.ac.id/index.php/LMJ/issue/feedLombok Medical Journal2023-05-31T12:20:54+00:00Meilisva Audila Anggraini, dr.anggrainimeilisva05@gmail.comOpen Journal Systems<p><strong>Lombok Medical Journal (LMJ)</strong> is scientific, peer-reviewed, and open access journal published by Faculty of Medicine, Universitas Mataram, West Nusa Tenggara, Indonesia. </p>https://journal.unram.ac.id/index.php/LMJ/article/view/2390Enterokolitis Nekrotik: Patofisiologi, Diagnosis dan Tatalaksana2023-05-31T12:20:54+00:00Yumna Iftinanyumnaiftinan@gmail.comRanti Filarma Negara Purnamayumnaiftinan@gmail.comLale Srigading Udayantiyumnaiftinan@gmail.comIzza Ahmad Muharisyumnaiftinan@gmail.comJannatul Cahya Admiyantiyumnaiftinan@gmail.comYusra Pintaningrumyusra97@yahoo.com<p>Enterokolitis nekrotik (EKN) merupakan kondisi peradangan pada usus dan lebih banyak ditemukan pada bayi lahir prematur. Kejadian EKN meningkat pada anak dengan berat badan lahir <1500 gram dan usia kehamilan <28 minggu. Patofisiologi EKN belum dipahami sepenuhnya, namun mekanisme yang dapat berkaitan dengan terjadinya penyakit yaitu invasi bakteri intraluminal melalui TLR-4 dan mengaktifkan reaksi inflamasi. Selain itu, gangguan mikrosirkulasi usus serta disbiosis juga dikatakan berkaitan dengan proses terjadinya penyakit. Penegakan diagnosis dan stadium penyakit dilakukan dengan <em>Bell</em><em>’</em><em>s Modifed Staging Criteria, </em>terdiri dari fase ringan, sedang dan parah. Akibat buruknya prognosis EKN, pemberian tatalaksana harus dilakukan secara adekuat.</p>2023-05-15T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Lombok Medical Journalhttps://journal.unram.ac.id/index.php/LMJ/article/view/2340CROHN DISEASE: Patofisiologi, Diagnosis, dan Penatalaksanaan2023-05-31T12:20:37+00:00Herdiana Nurul Utamiherdiananurulutami937@gmail.comIra MunirahIraamnrh@gmail.comLatifah Mukhlisatunnafsilatifahdaily@gmail.comMarwa Zileikhadira Manzalinamarwazm02@gmail.comYusra Pintaningrumyusra97@yahoo.comJaini Rahmajainirahma123@gmail.com<p><strong>ABSTRAK</strong></p> <p>Penyakit Crohn adalah kondisi radang usus idiopatik kronis, ditandai dengan lesi, yang dapat memengaruhi seluruh saluran cerna mulai dari mulut hingga anus. Insiden tahunan penyakit crohn mencapai 3 hingga 20 kasus per 100.000 dengan usia rata-rata 30 tahun. Patofisiologi penyakit crohn didasarkan pada peradangan jaringan oleh respons imun yang tidak dapat dikendalikan terhadap antigen bakteri. Penegakan diagnosis dengan <em>Computed tomograph</em>y (CT), <em>magnetic resonance imaging </em>(MRI), dan ultrasonografi menjadi standar diagnosis dari penyakit crohn. Prognosis dari penyakit crohn ini tergantung dari komplikasi yang muncul seperti fistula dan <em>bowel obstruction</em> usus serta kondisi remisi dari pasien, ataupun tingkat respon tiap pasien terhadap pengobatan sehingga dalam menangani penyakit crohn adalah mengobati kondisi peradangan aktif hingga cepat mengalami remisi dan mempertahankannya selama mungkin.</p> <p><strong>Kata Kunci: crohn disease; patofisiologi; diagnosis; penatalaksanaan; prognosis</strong></p> <p><strong> </strong></p> <p><strong>ABSTRACT</strong></p> <p>Crohn's disease is a chronic idiopathic inflammatory bowel condition, characterized by lesions, which can affect the entire gastrointestinal tract from the mouth to the anus. The annual incidence of Crohn's disease is 3 to 20 cases per 100,000 with a median age of 30 years. The pathophysiology of Crohn's disease is based on tissue inflammation by an uncontrollable immune response to bacterial antigens. Computed tomography (CT), magnetic resonance imaging (MRI), and ultrasonography have become the standard for the diagnosis of Crohn's disease. The prognosis of Crohn's disease depends on complications such as enteric fistula and intestinal neoplasia and the condition of remission of the patient, or the level of response of each patient to treatment so that in treating Crohn's disease is to treat the active inflammatory condition until it goes into remission quickly and maintain it as long as possible.</p> <p><strong>Keyword: crohn disease; pathophysiology; diagnosis; treatment; prognosis</strong></p>2023-05-15T06:04:24+00:00Copyright (c) 2023 Lombok Medical Journalhttps://journal.unram.ac.id/index.php/LMJ/article/view/1577Perforasi Kolon pada Kanker Kolon2023-05-31T12:20:20+00:00Ni Kadek Mega Suryantinikadekmega18@gmail.comLendi Leskia Putrileskialendi@gmail.comAyundha Rizky Lestary ayundhakytary@gmail.comElrica Nadia Rahma elrichanadia@gmail.comTalitha Syahla talithasyahla06@gmail.comArif Zuhan zuhan.arif@yahoo.co.id<p>Perforasi kolon merupakan komplikasi yang terjadi pada pasien kanker kolon, tempat perforasi kolon paling sering terjadi yaitu kolon sigmoid. Prevalensi perforasi pada pasien kanker kolon dapat mencapai 3-10%. Faktor risiko perforasi kolon yaitu pasien lanjut usia, riwayat terkena kanker kolon, riwayat keluarga dengan kanker kolon, penyakit radang usus, gaya hidup yang buruk, obesitas, dan penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid. Faktor risiko dapat berkembang menjadi penyebab terjadinya kanker kolon yaitu pasien lanjut usia dan terdapat riwayat kanker kolon dan atau riwayat dengan kanker kolon keluarga (<em>familial</em><em> </em><em>adenomatous polyposis</em>). Terdapat dua hal yang menjadi dasar perforasi kanker kolon yaitu perforasi pada lokasi kanker karena terjadi nekrosis tumor dan perforasi yang disebabkan karena aliran dari kolon proksimal yang mengalami distensi akibat obstruksi dari tumor. Perforasi yang diakibatkan oleh kanker kolon dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu sebagai perforasi bebas dan perforasi tertutup. Penanganan secara umum pada kanker perforasi yaitu reseksi darurat yang diikuti oleh anastomosis ileokolika primer. Salah satu prosedur reseksi diskontinuitas yaitu dilakukan pembedahan dengan prosedur Hartmann, pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat daerah usus yang abnormal kemudian dilakukan kolostomi.</p> <p><strong>Kata Kunci: </strong>perforasi kolon, etiologi, tatalaksana, kanker kolon</p> <p> </p> <p><em>Colonic perforation is a complication that occurs in colon cancer patients, where colonic perforation most often occurs is the sigmoid colon. The prevalence of perforation in colon cancer patients could reach 3-10%. The risk factors that can be developed into the cause of colon cancer are advanced age, history of colon cancer and a family history of colon cancer (familial adenomatous polyposis). There are two things that are the basis of colon cancer perforation, namely perforation at the cancer site due to tumor necrosis and perforation caused by the stream from the proximal colon which is distended due to obstruction of the tumor. Perforations caused by colon cancer can be divided into two types, namely as free perforations and closed perforations. The general treatment for perforated cancer is emergency resection followed by a primary ileocolic anastomosis. One of the discontinuity resection procedures is surgery performed with the Hartmann procedure, it is done to remove the abnormal area and then a colostomy.</em></p> <p><strong><em>Keyword: </em></strong><em>Colon perforation, Etiology, Management, Colon cancer</em></p> <p><strong> </strong></p>2023-05-15T06:17:47+00:00Copyright (c) 2023 Lombok Medical Journalhttps://journal.unram.ac.id/index.php/LMJ/article/view/978Komorbid Diabetes Melitus pada Pasien COVID-19 Meningkatkan Keparahan: Sebuah Tinjauan Pustaka2023-05-31T12:20:05+00:00I Ketut Wisnuaji Jayawardhanawisnuaji.jayawardhana30@gmail.comCut Warnainicut.warnaini@unram.ac.id<p><span style="text-decoration: underline;"><strong>Bahasa Indonesia :</strong></span></p> <p><strong>Abstrak</strong></p> <p>Diabetes mellitus salah satu komorbid paling banyak pada pasien COVID-19. Komorbid DM meningkatkan keparahan pasien COVID-19. Penulis ingin mengetahui mengapa komorbid DM dapat meningkatkan keparahan pasien COVID-19. Metode yang digunakan adalah mengumpulkan literatur tahun 2020-2021 yang relevan dengan topik. Literatur dicari melalui mesin pencari PubMed dan Google Scholar dengan kata kunci pencarian Severity AND COVID-19 OR 2019-nCov OR "Coronavirus Disease 2019" AND Comorbid AND "Diabetes mellitus". Beberapa penelitian menyatakan bahwa pasien COVID-19 dengan komorbid diabetes mellitus meningkatkan keparahan yang berujung dengan kematian. Infeksi virus dengan kondisi hiperglikemia memudahkan virus menempel ke sel inang akibat meningkatnya reseptor ACE2. Imunitas seluler menurun akibat terganggunya fungsi sel T. Mediator inflamasi meningkat dan menyebakan terjadinya badai sitokin sehingga rentan mengalami ARDS. Komplikasi DM yang timbul bersamaan dengan infeksi virus menambah keparahan pasien.</p> <p><strong>Kata Kunci</strong> : COVID-19, Diabetes Mellitus, Keparahan</p> <p><span style="text-decoration: underline;"><strong>Bahasa Inggris :</strong></span></p> <p><strong>Abstract </strong></p> <p>Diabetes mellitus is one of the most common comorbidities in COVID-19 patients. Comorbid DM increases the severity of COVID-19 patients. The author wants to know why comorbid DM can increase the severity of COVID-19 patients. The method used is to collect literature for 2020-2021 that is relevant to the topic. Literature was searched through the search engines PubMed and Google Scholar with keywords Severity AND COVID-19 OR 2019-nCov OR "Coronavirus Disease 2019" AND Comorbid AND "Diabetes mellitus". Several studies have shown that COVID-19 patients with comorbid diabetes mellitus have an increased severity that leads to death. Viral infections with hyperglycemic conditions make it easier for the virus to attach to host cells due to increased ACE2 receptors. Cellular immunity decreases due to disruption of T cell function. Inflammatory mediators increase and cause a cytokine storm so that they are susceptible to ARDS. Complications of DM that occur together with viral infection add to the severity of the patient.</p> <p><strong>Keyword : </strong>COVID-19, Diabetes Mellitus, Severity</p>2023-05-29T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Lombok Medical Journalhttps://journal.unram.ac.id/index.php/LMJ/article/view/2507A Review of Borderline Personality Disorder in Adolescence2023-05-31T12:19:36+00:00Muhammad Renaldi Irawanaldialdot25@gmail.com<p>Personality instability in adolescence that develops into BPD, can make adolescents experience long-term impairment conditions that can reduce the quality of social life, education and work in the future. Borderline Personality Disorder (BPD) is a condition where a person experiences a personality disorder characterized by emotional or mood instability, behavior, self-image and impulsive behavior that is difficult to control by showing symptoms of at least 5 of the 9 diagnostic criteria. It is said to be borderline or threshold because people with this disorder do not meet the characteristics of either neurosis or psychosis, so it is considered to be in between the two conditions.</p> <p>The cause of BPD is unclear, but it is thought to be the result of genetic, psychosocial and neurobiological factors that influence brain development. Therapeutic modalities that can be given to people with BPD include Dialectical Behavioral Therapy (DBT), Mentalization-Based Treatment (MBT), Transference-Focused Psychotherapy (TFP), and Schema-Focused Therapy (SFT).</p>2023-05-29T03:20:01+00:00Copyright (c) 2023 Lombok Medical Journalhttps://journal.unram.ac.id/index.php/LMJ/article/view/2477Dampak Penggunaan Rokok Elektrik (Vape) terhadap Risiko Penyakit Paru2023-05-31T12:19:50+00:00Donna Diva Widyantaridonnadivaw@gmail.com<p><span lang="EN-US">Beberapa tahun terakhir, rokok elektronik beredar pesat sebagai alternatif penggunaan rokok konvensional dengan tujuan menghindari dampak bahaya dari rokok konvensional. Bersamaan dengan peningkatan penggunaan rokok elektrik dalam beberapa dekade terakhir, penyakit paru yang disebabkan oleh rokok elektrik telah dilaporkan sejak tahun 2019. <em>E-liquid</em> mengandung beberapa senyawa berbahaya jika terhirup manusia dalam jangka waktu yang lama. Cairan <em>E-liquid</em>umumnya mengandung tiga bahan utama yaitu agen psikoaktif, pelarut, dan senyawa perasa yang semuanya memiliki potensi risiko kesehatan baik secara langsung atau melalui kombinasi zat tertentu. Penyakit pernapasan akut paling banyak yang berkaitan dengan penggunaan rokok elektrik ini dikenal dengan <em>E-cigarette or vaping product use-associated lung injury </em>(EVALI). Beberapa gangguan pernapasan lain yang dapat terjadi akibat penggunaan rokok elektrik adalah penyakit paru obstruktif dan kanker paru.</span></p>2023-05-29T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Lombok Medical Journalhttps://journal.unram.ac.id/index.php/LMJ/article/view/2410Retinopati Diabetik : Manifestasi Klinis, Diagnosis, Tatalaksana dan Pencegahan2023-05-31T12:19:06+00:00Ranti Filarma Negara Purnamarantifilarma866@gmail.com<p>Retinopati diabetik (RD) merupakan komplikasi mikrovaskular dari diabetes melitus yang ditandai dengan kerusakan pembuluh darah retina. RD terjadi akibat gula darah yang tidak terkontrol berkepanjangan. Retinopati diabetik merupakan komplikasi kedua terbanyak dengan prevalensi global terjadinya RD sebesar 34,6%. Kejadian RD dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti durasi menderita DM, hipertensi, kadar HbA1c dan genetik, serta tidak rutin kontrol. Penegakan diagnosis retinopati diabetik dilihat dari gejala dan pemeriksaan mata. Beberapa gejala yang biasanya terjadi yaitu peningkatan jumlah <em>floaters</em>, penglihatan buram atau penurunan bahkan kehilangan penglihatan. Pemberian tatalaksana dilakukan berdasarkan jenis RD, yaitu RD non proliferatif dan proliferatif. Tatalaksana yang diberikan seperti kontrol gula darah, tekanan darah, dan lain sebagainya. Akibat prognosis yang buruk, RD harus dicegah dengan berbagai cara, misalnya modifikasi gaya hidup, kontrol kadar gula darah dan rutin skrining dini.</p>2023-05-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Lombok Medical Journalhttps://journal.unram.ac.id/index.php/LMJ/article/view/1541Pancreatic Cancer: A Holistic Review and Update Guideline2023-05-31T12:19:21+00:00Ni Made Sri Padma Puspitasripadmapuspita@gmail.com<p>Kanker pankreas merupakan salah satu kanker yang mematikan di dunia dengan prevalensi yang semakin meningkat beberapa tahun terakhir. Kanker ini diakibatkan adanya mutasi gen sehingga bersifat agresif dan dapat mengalami metastasis jauh. Sel pankreas tumbuh dan membelah secara tak terkendali sehingga membentuk tumor. Sebagian besar pasien tidak menunjukkan gejala yang khas selama perkembangan penyakit sehingga sulit untuk dilakukan diagnosis dini pada kanker ini. Kegagalan diagnosis menyebabkan pengobatan yang terlambat sehingga meningkatkan risiko mortalitas akibat kanker ini. Pasien yang terdiagnosis kanker pankreas sering mengalami kekambuhan bahkan setelah dilakukan terapi. Kanker pankreas berasal dari jaringan endokrin maupun eksokrin. Sekitar 9 dari 10 kasus berasal dari jaringan eksokrin pada adenoma ductus pankreatikus. Beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan kanker ini yaitu usia, jenis kelamin, genetik, pola hidup tidak sehat, serta kondisi sosial ekonomi. Patogenesis kanker ini berawal dari perubahan genetik yang progresif pada epitel pankreas lalu berkembang menjadi lesi precursor yang spesifik dan berakhir pada keganasan invasif. Pasien dapat mengalami gejala klinis seperti ikterus, perut kembung dan terasa tidak nyaman, nyeri abdomen, mual muntah, kelelahan dan penurunan berat badan. Diagnosis kanker pankreas ini dapat ditegakkan melalui pemeriksaan histologi dan laboratorium. Berdasarkan <em>NCCN Guidelines for Patiens Pancreatic Cancer</em> tahun 2021, penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu menentukan staging cancer, pembedahan, terapi sistemik, dan terapi radiasi. Prognosis kanker ini juga buruk dengan tingkat kelangsungan hidup 5 tahun hanya sekitar 20%.</p>2023-05-31T00:00:00+00:00Copyright (c) 2023 Lombok Medical Journal